as a human in this world, try to save the world

"hidup adalah soal keberanian, menghadapi tanda tanya tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar. terimalah, dan hadapilah. Soe Hok Gie

Minggu, 13 April 2014

Biografi kecil hidupku (catatan anak SMA iseng)

Ada yang memanggilku Diyah, Lidiyah, Agustin, Maulid, atau bahkan kotek (khusus neechan__kakakku yang cerewet), tapi aku lebih suka dipanggil Diyah saja, tentu aku akan lebih senang kalau pelafalannya benar dengan I, Y dan H. seringkali teman atau bahkan guruku salah menuliskan nama panggilanku, terkadang Dyah, Diya, dan yang paling menyebalkan adalah Dia saja. Ayolah, orangtuaku tidak membuat namaku seperti itu. Namaku Diyah dan tidak memiliki arti, tidak seperti Dyah dan Dia yang memiliki arti. tentu, aku menghargai suatu ketelitian dan kedetailan walaupun ehm, menyakitkan. belakangan malah aku lebih suka dipanggil Gusti.

Aku dibesarkan disebuah keluarga yang sistemnya mrepet-mrepet militer (itu karena alm. Kakekku seorang tentara dan ayahku dulu sering hidup terlantar_dengan 5 orang ibu tiri). Alm. ayahku sangat tegas dalam mengambil keputusan, aku pernah bertengkar dengan alm. ayahku hingga aku menangis karena aku ikut tes masuk kelas unggulan__yang seharusnya tidak aku ikuti__dan aku diterima. Alm.  ayahku tidak mengerti saja kenapa aku ikut tes itu, yah aku menyebutnya sebagai “kecelakaan dari kepolosan”. Karena saat itu namaku ada di daftar peserta ujian masuk kelas unggulan dan kukira semua anak ikut tes itu, sehingga aku mengganggap jika aku tidak ikut tes ini berarti aku kalah secara tak jantan. Hahaha, harusnya aku menjawab tes itu asal-asalan saja agar aku tidak masuk kelas unggulan. Jadi, apa sekarang aku masuk kelas unggulan? Oh tidak, tentunya aku bisa menyelesaikan masalah itu, aku benar ‘kan ayah, tak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.

Bagaimana dengan ibuku? Yah, bagiku ibuku adalah manusia tersabar, terpenyayang, terkhawatir (tentu saja, ibunya siapa juga?), dan “termbulet” (itu karena aku sering salah paham dengan ibuku kalau sudah membahas sesuatu, terkadang ibuku yang tidak nyambung, atau kabel otakku yang belum tertancap dengan benar__aku rasa sekarang juga masih belum tertancap dengan benar). Lalu kakak-kakakku? aku memiliki 2 kakak perempuan dan aku anak terakhir, jadi kami adalah trimusketers XXX (3 orang pemilik kromosom X). Kakakku  yang pertama sudah menikah dan memiliki seorang anak, yah begitulah, aku seorang tante sekarang. Tante di usia 16 tahun. Kalau kakakku yang kedua super duper cerewet banget. Aku sering bertengkar dengannya kalau di rumah, entah karena masalah sepeleh atau bukan. Kadang aku merasa tidak senang di rumah, aku ‘kan pulang kerumah bukan untuk dimarahi, aku mau refreshing, lagipula aku ‘kan kangen ibuku.

Ada yang bingung dengan ceritaku? Hehehe jadi begini. Sejak ayahku meninggal 1 tahun yang lalu (tepatnya 19 Februari 2013) ibu dan kakakku yang cerewet jadi harus pindah ke Sidoarjo, sementara kakakku yang pertama sudah berkeluarga dan tinggal di Sidoarjo. Kami memutuskan untuk pindah karena di Gresik kami sendirian, tidak ada sanak, family, saudara atau sejenisnya.  Sementara Ayah dan Ibuku asli Sidoarjo jadi semua saudaraku ada disana.

Sejak meninggalnya ayahku, kehidupanku juga sempat mirip dengan sinetron. Karena hanya aku yang masih bersekolah, aku sempat disuruh pindah sekolah juga oleh semua saudaraku, termasuk ibu dan kakak-kakakku. Aku sempat bingung, tidak, bukan bingung lagi tapi buingoeng. Guruku, dan teman-temanku tidak merestui aku pindah sekolah dan aku berpikir tentang biaya pindah dan masuk sekolah baru serta teman-temanku. Jadi, dengan tegas dan walaupun sedikit perih, aku memutuskan untuk tetap tinggal di Gresik sendiri. Jadi anak kostan. Belajar hidup sendiri. Merantau. Haha, jadi setiap 2 minggu sekali aku pulang ke rumahku di Sidoarjo. Ibu dan Kakakku disana hidup dengan gaji kakakku, sedangkan aku, aku hidup dengan gaji pensiunan janda milik ibuku. semuanya untuk biaya aku sekolah dan hidup disana. yah, mungkin tidak pantas disebut sebagai merantau yah? lalu bagaimana dengan rumahku di Karangrejo? Ibuku menjualnya untuk biaya aku kuliah nanti dan untuk membangun rumahku yang aku tempati sekarang.

Aku mengikuti ekstra PA disekolahku, belajar berorganisasi dan mencintai alam. Di Palmapala aku menjadi coordinator sie. Humas. Bukan suatu posisi yang mudah untuk dijalankan, apalagi hanya aku yang ada di sie. Humas, jadi aku merangkap coordinator dan anggota seksi. Itu semua terjadi karena bergabung dan menjalankan organisasi ini tidaklah semudah membalik telapak tangan, banyak sekali program kerja yang harus dijalankan, dan terkadang juga kegiatan diluar program kerja karena factor tertentu. Seperti adanya program sekolah adiwiyata, yang kecipratan pekerjaan adalah anak-anak Palmapala lagi. Dan lagi, kami sekarang hanya 13 orang anak. Selama berorganisasi aku pernah menjadi sie. Acara (paling sering), sie. Perlengkapan, sie. Kesekretariatan, sie. Humas, sie. Pubdekdok sampai Ketupel dalam beberapa kegiatan yang diadakan.

Aku pikir masuknya aku ke Palmapala ini tidak lepas dari kebiasaanku mengembala kambing saat aku masih SD sampai SMP. Yah, aku sangat menyukai binatang, khususnya kambing. Aku menyukai cahaya matahari, hijaunya dedaunan, birunya langit, dan hembusan angin di pantai atau tambak. Aku suka menulis, menggambar, membaca, dan hal-hal berbau petualangan. Karena itu aku memiliki mimpi suatu hari nanti aku ingin menjadi seorang traveler, tapi sebelum itu aku harus menabung dulu. Atau mungkin aku bisa menjadi Geologist, sambil bekerja aku bisa mendaki gunung, menjadi relawan dalam suatu kegiatan social, jadi pemadam kebakaran, atau mungkin lagi polisi (yang diharapkan ibuku dan kakak-kakakku). Yah walaupun aku bukan manusia yang baik, tapi It’s not how good you are, it’s how good you want to be. Aku ingin menjadi orang  yang berguna bagi orang lain selama aku hidup (terinspirasi karena "sahabatku"__hei kau, kau sangat membantu "penerjang"). Dan  aku bermimpi = aku hidup, lalu cogito ergo sum (aku berpikir maka aku ada).*sign

Tidak ada komentar:

Posting Komentar