as a human in this world, try to save the world

"hidup adalah soal keberanian, menghadapi tanda tanya tanpa kita bisa mengerti, tanpa kita bisa menawar. terimalah, dan hadapilah. Soe Hok Gie

Selasa, 28 Januari 2014

Sejarah Kode Etik Pecinta Alam dan Isinya

Tahun 1912, di Nusantara sudah ada yang namanya DE NEDERLANDSH INDISCHE VEREENIGING TOT NATUUR RESCHERMING Hingga pada tahun 1937 terbentuklah BESCHERMING AFDELING VAN'T LAND PLANTETUIN. Inilah kegiatan Kepencinta Alaman mulai aktif.

Tapi kapankah kegiatan pencinta alam secara resmi dimulai di jaman Republik Indonesia? ini ringkaskan artikel dari alm. Norman Edwin berjudul "Awibowo - Biang Pencinta Alam Indonesia" (Mutiara, 20 Juni-3 Juli 1984). 

Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air. Nama perkumpulannya yaitu "PERKOEMPOELAN PENTJINTA ALAM"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. Saat pendirian, Awi baru selesai pendidikannya di Universitas Indonesia di Bogor (sekarang IPB). 

Diskusi ramai digelar bersama teman2nya, ada yang mengusulkan 'penggemar alam, pesuka alam'dsb. Tapi Awi mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya dari pada gemar/suka. 

Gemar/suka mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?"kata dia. Istilah pencinta alam akhirnya dipakai.

WANADRI (PERHIMPUNAN PENEMPUH RIMBA DAN PENDAKI GUNUNG), merupakan salah satu organisasi tertua yang bergerak dalam kegiatan alam bebas. Wanadri mempunyai sekretariat di kota Bandung. Wanadri berdiri tahun 1964, tahun yang sama dengan tahun lahirnya MAPALA SASTRA UI. Gagasan untuk mendirikan Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung Wanadri dicetuskan oleh sekelompok pemuda yang sebagian besar adalah bekas pandu pada bulan Januari 1964. 

Perhimpunan ini kemudian diresmikan pada tanggal 16 Mei 1964. Di Fakultas Sastra UI, sebelum berdirinya Mapala UI, sudah terdapat kelompok – kelompok mahasiswa yang gemar bertualang di alam bebas. 

Mereka yang terdiri dari mahasiswa Arkeologi dan Antropologi yang banyak turun ke lapangan serta mereka yang pernah tergabung dalam organisasi kepanduan. 

Adalah seorang Soe Hok Gie yang mencetuskan ide pembentukan suatu organisasi yang dapat menjadi wadah untuk mengkoordinir kelompok – kelompok tadi, berikut kegiatan mereka di alam bebas. 

Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Sdr. Soe sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. 

Organisasi yang bernama IKATAN PENCINTA ALAM MANDALAWANGI itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja.

Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat. Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Adapun organisasi yang diidamkan Sdr. Soe itu merupakan organisasi yang dapat menampung segala kegiatan di alam bebas, dan ini dikhususkan bagi mahasiswa FSUI saja. 

Namun pada akhirnya usaha ini gagal karena ada kesalahan teknis pada saat akan diadakan pendeklarasian di Cibeureum pada November 1964. Meskipun usaha pertama gagal, para perintis ini tidak menyerah. 

Sementara mematangkan ide, mereka bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. 

Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Dan pada waktu itu segala yang borjuis, habis diganyang. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. MAPALA merupakan singkatan dari MAHASISWA PENCINTA ALAM. Dan "Prajnaparamita" berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. 

Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Dewi Prajnaparamita juga menjadi lambang dari senat FSUI saat itu. Dibawah tulisan MAPALA PRAJNAPARAMITA ditambah tulisan FSUI yang menunjukkan tempat bernaungnya organisasi ini.

Sampai tahun 1970-an, di beberapa fakultas di UI terdapat beberapa organisasi pencinta alam antara lain : Ikatan Mahasiswa Pencinta alam (IMPALA) di Psikologi, Climbing And Tracking Club (CATAC) di Ekonomi, Yellow Xappa Student Family (Yexastufa) di Teknik, Climbing And Tacking (CAT) di Kedokteran dll. 

Setelah berjalan beberapa waktu di akultasnya masing–masing, organisasi– organisasi ini merasakan dan menyadari bahwa Mapala UI yang telah terbentuk dan disetujui oleh Rektor UI (Prof. DR. Sumantri Brojonegoro (Alm.)) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa adalah milik seluruh mahasiswa UI. Oleh karena itu organisasi–organisasi tersebut setuju untuk bersatu dalam satu wadah yaitu MAPALA UI. 

Kemudian pada tahun 1970, WANADRI memprakarsai Gladian Nasional yang merupakan pertemuan akbar pecinta alam se Indonesia. Menurut bahasa berasal dari “gladi” (bahasa Jawa) yang mempunyai arti “latihan” sehingga Gladian Nasional bisa diartikan sebagai “ajang latihan” bagi para pecinta alam guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan dalam bidang kepecintaalaman dan kegiatan alam bebas. 

Gladian Nasional juga berperan sebagai wahana silaturahmi dan berbagi pengetahuan antar perkumpulan pecinta alam se Indonesia. 

Pada awalnya kegiatan ini diadakan oleh WANADRI sebagai ajang latihan bagi anggotanya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam gladian ini antara lain mountaineering, pengenalan SAR, acara kekeluargaan, serta tukar menukar informasi dan pengalaman. 

Selain anggota WANADRI dalam kegiatan ini diundang pula beberapa perhimpunan- perhimpunan pencinta alam dan pendaki gunung yang ada di Jawa. Dalam acara gladian yang kemudian dikenal sebagai Gladian Nasional I ini hadir 109 orang dari 18 perhimpunan. 

Pada kesempatan itu pula akhirnya disepakati bersama untuk menyelenggarakan gladian-gladian selanjutnya sebagai media pertemuan dan latihan pencinta alam dan pendaki gunung di Indonesia.

Salah satu Gladian Nasional yang fenomenal adalah Gladian Nasional IV yang berlangsung di Sulawesi Selatan di mana dalam gladian ini berhasil disepakati KODE ETIK PENCINTA ALAM INDONESIA yang masih dipergunakan oleh berbagai perkumpulan pecinta alam di Indonesia hingga sekarangKode etik itu berisi:
1. pecinta alam indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
2. pecinta alam indonesia, sebagai bagian dari masyarakat, sadar akan tanggung jawab kami terhadap Tuhan, terhadap bangsa dan tanah air indonesia.
3. pecinta alam indonesia sadar bahwa segenap pecinta alam saudara, sebagai sesama mahluk tuhan yang mencintai alam sebagi anugerah Tuhan Yang Maha Esa. 

Sesuai dengan hakikat tersebut di atas, kami dengan penuh kesadaran menyatakan sebagai berikut :
1.    Mengabdi Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.    Memelihara Alam Beserta Isinya, Serta Mempergunakan Sumber Alam Sesuai Dengan Batas Kebutuhan.
3.    Mengabdi Kepada Bangsa Dan Tanah Air.
4.    Menghormati Tata Kehidupan Yang Berlaku Pada Masyarakat Sekitar, Serta Menghargai Manusia Sesuai Dengan Martabatnya.
5.    Berusaha Mempererat Tali Persaudaraan Sesame Pecinta Alam, Sesuai Dengan Azaz Tujuan Pecinta Alam.
6.    Berusaha Saling Membantu Serta Menghargai Dalam Melaksanakan Pengabdian Terhadap Tuhan, Bangsa Dan Tanah Air.

7.    Selesai.

Meskipun tidak rutin dilaksanakan dalam rentang waktu tertentu namun Gladian Nasional telah berhasil dilaksanakan beberapa kali. Berikut adalah daftar pelaksanaan Gladian Nasional: 

Gladian Nasional I oleh WANADRI 25 – 29 Februari 1970 di tebing Citatah Jawa Barat. 
Gladian Nasional II 1971 di Malang Jawa Timur oleh TMS 7 Malang.

Gladian Nasional III di Pantai Carita, Labuhan, Jawa Barat Desember 1972. oleh Badan Koordinasi Pencinta alam dan Penjelajah Alam se-Jakarta.

Gladian Nasional IV di P. Lae-Lae dan Tana Toraja Sulawesi Selatan Januari 1974, oleh Badan Kerja sama Club Antarmaja Pencinta Alam se-UjungPandang. 

Dalam gladian IV yang dihadiri oleh 44 perhimpunan organisasi pecinta alam ini berhasil menyepakati Kode Etik Pecinta Alam Indonesia yang masih dipergunakan hingga sekarang.

Gladian Nasional V Jawa Barat pada bulan Mei 1978. Gladian ini semula direncanakan dilaksanakan pada tahun 1974 namun baru bisa berhasil diselenggarakan pada tahun 1978 oleh WANADRI bekerja sama degan berbagai perhimpunan organisasi Pecinta Alam (dan sejenisnya) se Jawa Barat.

Gladian Nasional VII di Kalimantan Tengah.
Gladian Nasional IX di Lampung Januari 1989.
Gladian Nasional X di Jawa Barat 5–10 September 1994.
Gladian Nasional XI di Yogyakarta4–11 Agustus 1996.
Gladian Nasional XII di Jawa Timur 28 Mei- 5 Juni 2001.
Gladian Nasional XIII 7-17 Agustus 2009 di Mataram Nusa Tenggara Barat.

https://www.facebook.com/ForumHijauIndonesia/posts/337147456376358 dengan sedikit perubahan.

1 komentar:

  1. mohon izin mengkoreksi. Gladian Nasional PA ke II adalah pada tanggal 13 Desember 1970 di Batu Malang. terima kasih.

    BalasHapus